Cerpen
KURINDU PANGGILANMU
By; Fitri Hasanuddin
Pagi itu seperti biasanya suhu sangat dingin sehingga membuat Fira sangat enggan untuk bangkit dari tidurnya. Suara adzan yang berkumandang tidak mempengaruhi hati dan perasaannya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Jangankan bergerak bangun untuk segera mengambil air wudhu dan shalat, Fira malahan menutup kedua telinganya agar ia tidak dapat mendengar lagi suara adzan yang menurutnya sangat mengganggu istirahatnya. Maklumlah semenjak di samping rumahnya berdiri sebuah mesjid baru dengan dana swadaya masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Maka sejak saat itu setiap hari ketika waktu sahalat tiba suara adzan salalu terdengar jelas ke arah rumahnya. Hal ini dikarenakan arah pengeras suara yang menghadap ke rumah dan berdekatan dengan kamar tidurnya. “ Ughh berisik sekali sih. Siapa sih yang adzan gak tau orang mau tidur apa? Ni kan masih pagi.” Gerutu Fira pagi itu. Setelah menggerutu dan menutup kedua telinganya dengan bantal maka Fira melanjutkan tidurnya
-----------------------------------------------‘’-------------------‘’-------------------------------------------
“Ra, kok muka mu hari ini lusuh banget, seperti orang yang begadang semalaman aja?” tanya Feta yang merupakan sahabat sekaligus teman sebangku Fira. “ Ya nih, berapa hari ini aku gak bisa tidur nyenyak semenjak ada mesjid baru disamping rumah ku, suara adzan dan kaset orang sedang mengaji yang di putar hampir tiap waktu itu loh yang buat aku gak bisa istirahat di rumah, huftt ” keluh Fira. “ Hey, gak boleh bilang gitu Ra, itukan asma Allah seharusnya hati mu bergetar mendengar kalimat-kalimat Allah di kumandangkan dan dibacakan.” Sambung Feta menasehati temannya. Feta adalah sahabat Fira yang berbeda 180 derajat dengan dirinya. Feta anak yang alim, dia juga aktiv sebagai pengurus inti kegiatan RISMA di sekolahnya dan gaya berpakaiannya juga sopan dan selalu menutup auratnya dengan jilbab sehingga menambah pesonanya sebagai seorang muslim. Sedangkan Fira adalah a tipe-tipe anak muda zaman sekarang yang dari segi berpakaian selalu menjadi pengikut mode yang selalau berganti dari waktu ke waktu. Gaya berpakaiannyapun cenderung menghumbar aurat. Fira pun bangga dengan gaya berpakaiannya itu. “ Aku ini fashionable Ta.” Katanya bangga. Feta hanya bisa terdiam mendengar ucapan sahabatnya. Walaupun memiliki perbedaan yang sangat jelas namun mereka tetap berteman akrab karena Fetalah satu-satunya anak yang mau berteman dengan Fira ketika ia baru bedomisili di tempatnya sekarang di Padang Panjang, Sumatera Barat. Padang Panjang dikenal sebagai kota serambi mekah artinya agama islam disana cukup kuat. Ini tidak jauh dari prinsip budaya yang dianut oleh orang sumatera barat pada umumnya yaitu adat basandi syara, syara basandi kitabullah. Maksudnya segala tindakan yang dilakukan oleh orang minang khususnya harus didasarkan kepada adat istiadat yang berlaku di daerah itu dan adat istiadat tersebut selalu didasarkan dari Al Quran dan Hadist. Tentu saja keadaan seperti ini sangatlah tidak nyaman bagi Fira yang merupakan siswa pindahan dari salah satu kota besar di pulau Jawa. Ketika dia baru pertama kali menginjakan kaki di sekolah di kota ini, semua orang menatapnya aneh karena gaya berpakaiannya itu. Hanya Feta yang kala itu dilihatnya tersenyum manis kepadanya. Sejak saat itulah mereka menjadi semakin akrab.
-------------------------------------------------‘’----------------------‘’--------------------------------------
Sudah satu minggu masjid Nurul Iman yang berdampingan dengan rumah Fira mulai difungsikan untuk tempat ibadah, sejak saat itu pulalah ketenangan Fira untuk tidur sampai pagi terusik. “ Kalau berisiknya siang atau sore gak masalah Ta mau adzan atau mengaji sekeras apapun orang-orang tua itu di masjid aku gak peduli, tapi ini dini hari. Aku mau tidur Ta. Emangnya yang tukang adzan itu gak ada kerjaan lain apa, bisanya Cuma gangguin orang tidur saja.” Gerutunya sambil berdecak pinggang. “ Astagfirullah Ra kamu gak boleh bicara seperti itu, bukankah kamu juga seorang muslim. Seharusnya hatimu bergetar mendengar asma Allah dibacakan. Kamu sudah tersesat terlalu jauh. Seharusnya kamu itu bersyukur karena masih diberi rahmat oleh Allah sehingga kamu masih bisa menikmati karunia Allah di muka bumi ini.” Nasehat Feta kepada sahabatnya. “ udahlah Ta gak usah banyak bicara pusig aku dengar ceramahmu, mending aku kehilangan kedua pendengaran ku dari pada aku harus menderita karena tidur ku selalu terganggu karena suara adzan itu.” Balasnya membantah ucapan temannya. “ huss jangan bicara sembarangan kalau ucapanmu didengar malaikat gimana?” tambah Feta. “Biarin, mana malaikatnya aku mau lihat apa ucapanku terkabul.” Ucapnya angkuh. “ Astagfirullah gak habis fikir aku sama jalan pikiranmu Ra.” Feta hanya bisa menatap sahabatnya dengan perasaan yang sedih karena ucapan temannya itu. Diapun baerlalu meninggalkan temannya karena waktu shalat dzuhur sudah mulai masuk. Fira pun tetap asik dengan BB nya dan chat dengan teman-temannya di pulau Jawa. Tanpa ,merasa menyesal sedikitpun dengan apa yang telah ia katakan.
---------------------------------------------‘’------------------------‘’-----------------------------------------
“Bunda, Fira baerangkat dulu yah!” Fira pun bergegas memasukan bekal makan siangnya ke dalam tas ranselnya, diraihnya kunci motornya sekali lalu kalau dilihat gerakannya tersebut hanya berlangsung persekian detik. Dari dapur pun terdengar sahutan “ Ya, hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam sekarang sore hari sering hujan nanti jalanan licin berbahaya kalau bawa kendaraan malam-malam apalagi kamu mengendarai motor harus lebih hati-hati.” Nasehat bundanya panjang lebarpun tidak didengar oleh Fira karena siang itu dia memang sedang terburu-buru. Dia langsung menghidupkan mesin motornya tanpa mengenakan helm sebagaimana satandar bagi orang yang mengendarai motor. Suara motornya yang kencangpun membuat bundanya hanya bisa menggelengkan kepalanya “dasar anak muda zaman sakarang susah sekali dinasehati” bundanya kembali melanjutkan pekrjaannya.
Di jalan raya Fira mengendarai motornya dengan kecepatan 100 km/jam. Maklumlah hari itu dia akan mengikuti perlombaan peragaan busana muslim yang diselenggarakan oleh salah satu surat kabar ternama di Padang Panjang. Acara tersebut akan dimulai sekitar satu jam lagi sedangkan jarak antara rumah Fira dengan lokasi perlombaan kira-kira memakan waktu sekitar setengah jam. Belum lagi dia harus bermake up untuk penampilannya di perlombaan itu yang memakan waktu sekitar setengah jam jadi saat itu dia benar-benar diburu oleh waktu. “Semua ini karena suara adzan sialan yang selalu menganggu tidur ku, jadinya aku kesiangan hari ini” gerutunya dalam hati. Dan dalam waktu yang bersamaan pula sebuah truk yang mengangkut beras melintas seketika dihadapannya dan itu membuat Fira panik sehingga tangannya tidak mampu untuk mengurangi kecepatan motornya apalagi untuk menginjak rem motornya sehingga motor yang ia kendarai harus beradu kambing dengan truk yang ada dihadapannya. Suasana sunyi berganti dengan kehebohan dari masyarakat disekitar lokasi kecelakaan itu. Pandangan Fita semakain lama semakin kabur. Pikirannya sekarang entah dimana, ia hanya bisa terdiam, semua tulang dan persendiannya sakit hingga akhirnya matanyapun tertutup dan ia tidak mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya.
---------------------------------------‘’----------------------------‘’-------------------------------------------
Hasil scan dokter menunjukkan adanya keusakan pada otak besar Fira tepatnya pada Lobus Temporalis nya. Karena pada waktu kecelakaan terjadi Fira tidak menggunakan helm maka bagian tubuhnya yang paling parah akibat kecelakaan tersebut adalah bagian kepala. Beruntung ia masih bisa selamat dari kecelakaan maut tersebut. Berbeda dengan sopir dan seorang kuli pengangkut beras yang berada di bagian atas tumpukan beras sewaktu kejadian tersebut, mereka telah menghadap yang maha kuasa akibat ddari kejadian tersebut.
“Bagaimana keadaan putri kami dokter? Apa masih ada harapan baginya untuk kembali normal?” tanya orang tua Fira dengan cemas. “Ibu dan bapak tenang dulu, saya akan menjelaskan kondisi anak bapak dan ibu saat ini.” Ucap dokter yang menangani Fira sambil menunjukkan hasil rontgen kepada kedua orang tua Fira. “ luka yang dialami oleh anak bapak ibu lumayan parah tapi ibu dan bapak tenang saja karena dengan pengobatan yang rutin semuanya akan kembali normal, mungkin diperlukan wwaktu sekitar 2 bulan untuk pemulihannya. Akan tetapi ada satu kabar yang kurang bagus yang mesti saya sampaikan, kecelakaan yang dialami oleh anak bapak dan ibu berakibat pada rusaknya bagian otak besar anak bapak pada lobus temporalisnya.”dokter menjelaskan kepada orang tua Fira. “ Maksud dokter apa?” tanya bunda Fira cemas. “Seperti ini bu, lobus temporalis adalah bagian dari otak besar yang mengandung sel-sel saraf yang peka terhadap rangsang getaran suara dan berhubungan erat dengan kerja indra pendengaran, akibat kecelakaan lobus ini hancur seehingga sel saraf pendengaran Fira pun juga terganggu. Artinya putri bapak dan Ibu tidak dapat mendengar lagi seperti sedia kala.” Jelas dokter dengan hati-hati. “Artinya putri kami sekarang tuli dok?” tanya ayah Fira dengan muka yang memerah menahan kesedihan mengingat nasib anaknya kini. “ Ya, dan tuli yang dialami anak bapak sifatnya permanen atau tidak dapat lagi disembuhkan”. Air mata mengalir deras dari kedua mata orang tua Fira, mereka tidak tau bagaimana caranya menyampaikan kabar duka ini kepada anak semata wayangnya, Fira pasti sedih dan terpukul menyadari dirinya yang kini cacat akibat kecelakaan yang menimpanya.
Setelah koma selama tiga hari akhirnya Fira sadar dan mendapati dirinya kini terbaring di salah satu ruangan dirumah sakit. Dilihatnya kedua orang tuanya yang masih menangis dan sahabatnya Feta yang ia lihat sedang mengaji disampingnya tapi ia tidak dapat mendengar suara temannya itu, mungkin karena kepalanya msih pusing pikirnya. “Bunda, badan Fira sakit semua.” Keluhnya kepada bundaya. Bunda Fira hanya bisa menangis sambil memeluk anaknya. “Mengapa bunda diam, katakan sesuatu. Ta kamu membaca apa mengapa aku tidak bisa mendengar suaramu mengaji?” tanya Fira tak mengerti dengan apa yang tearjadi dengan dirinya. Akihirnya ayah Fira mengambil secaraaik kertas dan menuliskan sesuatu dan menyerahkannya kepada putri tercintanya. Air mata Fira berjatuhan membaca tulisan itu. Ia terus menangis terisak hingga membuat orang tua dan sahabatnya ikut menangis dan segera memeluk Fira yang sedang terpukul. Mungkin hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk menenangkan hati Fira yang masih terkejut dengan keadaannya sekarang.
---------------------------------‘’---------------------------------------‘’-------------------------------------
Dua minggu dirumah sakit merupakan waktu yang cukup lama. Akhirnya Fira diizinkan pulang oleh dokter dengan catatan harus tetap kontrol ke rumah sakit 2 minggu sekali. Sesampainya dirumah Fira masuk ke kamarnya ditemani oleh sahabatnya Feta. “Ta, apakah ini adalah azab Allah kepadaku karena selama ini aku selalu mengabaikan perintahnya?” ucapnya sambil menahan linangan air mata yang memenuhi matanya yang bulat. Feta langsung mengambil alat tulis dan menuliskan sesuatu yang isinya: bersabarlah sahabatku, Allah tidak mendatang azab kepadamu, tapi ini adalah suatu teguran yang ditujukan kepada dirimu karena Allah sayang kepadamu. Fira membacanya dan menatap sahabatnya itu sekali lagi dan langsung memeluknya sambil menumpahkan kesedihan dan penyesalan atas apa yang telah ia lakukan selama ini. Ia merasa telah salah selama ini dengan tidak mensyukuri dan tidak mengakui kebesaran Allah atas hambanyaNya yang lemah seperti dirinya. Setelah perasaan temannya sudah mulai tenang Feta pun pamit dengan Fira dan orang tuanya untuk pulang. “terima kasih ya nak karena kamu sudah mau menemani Fira disaat dia sedih.” Ucap bunda Fira sambil memeluk teman anaknya itu. “ Ohh semua itu Feta lakukan karena feta juga sayang banget sama Fira tante, jadi tante gak perlu sungkan untuk minta bantuan kepada Fira, kalau begitu Fira pamit dulu tante salam untuk Fira. Assalammualaikum.” Ucapanya kepada bunda Fira. “Waalaikumsalam” balas bunda Fira.
Malam harinya dalam kesendirian dan kesunyian yang akan selalu menemaninya, Fira bermunajat kepada Allah.
Ya Allah, ya tuhan hamba yang maha pengasih lagi maha penyayang, hamba bermohon kepada Mu, janganlah Engkau tinggalkan hamba Mu yang lemah ini seorang diri. Janganlah Engkau kurangi kenikmatan yang telah Engkau berikan kepada hamba selama ini.
Ya Allah yang maha pengampun, ampunilah hamba yang telah lalai atas perintahMu, yang telah kufur atas nikmatMu dan telah berjalan dengan angkuh di duniaMu. Kembalikanlah pendengaran hamba ya Allah, izinkanlah hamba mendengar suara panggilanMu menuju kebenaran walaupun hanya sekali ya Allah. Hamba merindukannya ya Allah. Air matanya pun tak terbendung lagi dalam doanya ia terus menangis hingga ia tertidur sampai subuh tiba. Ia terjaga dan mencari-cari sumber suara adzan yang biasa ia dengar setiap harinya berharap keajaiban akan menghampirinya. Bahkan ia berlari menuju masjid tempat orang beribadah yang selama ini sangat dibencinya, namun semuanya sia-sia, semua telah terlambat ia hanya bisa menangis karena ia tidak akan pernah lagi bisa mendengar panggilan menuju kemenangan di telinganya sampai kapanpun.
Puisi
SIAPA CINTAKU
By; Fitri Hasanuddin
Sepenuh hatiku ku berikan kepadamu
100% kepercayaan ku letakkan di tanganmu
Beribu harapan ku sandarkan di pundakmu
Berharap yang terakhir, tak mau cari yang lain
Begitu pula dirimu, itu katamu
Setuju?
Maksudmu? Kau ingin aku bersamamu menemanimu
Kita hadapi bersama, semoga ini jalan kita
Aku yang kau cari, sungguh kasih
Dan aku percaya, aku terbuai
Aku terhanyut karena ku anggap dia sebagai belahan jiwa
Yang kudamba, yang kucari. Mungkin ? entah
Logika tak bicara, dia hanya bisu
Hatiku merdeka dan menerima tangannya
Dengan sambutan hangat, yang selama ini telah hilang dari bagian lain jiwaku
Pikirku bahagia, awalnya ya, tetapi...
Siapa dia yang kupuja, arjuna atau rahwana?
Dia, aku tak tahu, siapa, apa, kapan, dimana
Aku tak tahu, mengapa aku tak tahu?
Aku merasa buta dan hanya bisa meraba
Aku terus terjatuh demi mencari tahu siapa cintaku
Tapi, itu tak lama, aku pun dibimbing oleh mereka
Suara-suara itu menuntunku
Namun aku ragu pembisik atau pembusuk kah suara itu
Ke jurang atau ke tujuankah mereka menuntunku
Tuhan ku kembalikan kepadaMu
Kucoba tutup kembali telingaku, kususun kembali puing-puing kepercayaan ku untuk belahan jiwaku
Mungkin, entah? Aku terus berjalan meski jalanku tajam dan berliku dan membuatku lelah
Tuhan, aku mau jujur,ini bukan diriku aku telah memaksakan perasaanku
Tepatnya nafsu hingga butakan mata hatiku
Tuhan tunjukkan jalan jika ya atau tidak sama sekali
No comments:
Post a Comment